02 Desember 2008

Hidupku Saat Ini



Bukan Mengalir Seperti Air


Entah lah, aku tidak pernah setuju dengan pepatah "hidup seperti air mengalir". Mungkin bagiku terasa seperti pasrah saja, nerimo, lalu kalau ada masalah datang, masa hanya mengalir saja? Tidak cocok rasanya buatku. Bagiku, hidup ini perlu mimpi, cita-cita, perlu rencana, perlu perhitungan, perlu strategi. Lalu setiap hari perlu kubuat banyak jadwal, supaya tertata dengan baik, tidak perlu terlalu idealis sih, lantas bisa seharian merenungi kegagalan rencana. Tapi setidaknya, hariku terasa "penuh".

Mengenali diri

Merenungi nasib, merenungi hidup, merenungi kehidupan itu sendiri. Masa bisanya begitu? Ada saja yang kurang, ada saja yang menyesalkan. Lalu mendengar keluh, mendengarkan orang lain terpekur nasib, memandangi kekurangan yang lain, lalu tertegun dan tersadar, aku ternyata sangat beruntung. Kukenali apa mauku, ku bayangkan mimpiku, kutanya cita-citaku. Aku harus lebih mengenal diri daripada orang lain. Tuhan telah begitu baik padaku, memberiku ini, memberiku itu. Pasti Tuhan punya tujuan membuatku dan memberiku kehidupan, hingg a saat ini. Kucoba untuk selalu belajar, melihat dengan telinga dan berpikir dengan mata.

Tidak Memandang "sewajarnya"

Harus kuberi nilai dalam kehidupanku. Dengan memilih pekerjaan yang sesuai dengan "jiwa dan nuraniku", hingga bukan semata uang aku menjalaninya. Tidak, aku tidaklah sedatar itu. Kuberi nilai sedikit lebih baik, supaya kerjaku nanti bukan menjadi beban hari, supaya senyuman bangga terukir dari dalam hati. Ketika masalah kurasa mampir dalam rumahtanggaku, tidak perlu menunggu hari, tidak kupandang sewajarnya, kucari apa salahku, pasangan jiwaku untuk berbagi pikiran. Supaya indah pasanganku selalu sama ketika dulu aku mulai mencintainya. Ketika anakku lahir, kutajamkan naluri yang diberikan Tuhan kepadaku, kuasuh nya dia dengan cinta kasih. Kuingin dia tumbuh dengan nurani yang baik. Biarkan dia menemukan kekuatannya sendiri. Sedari kini kutanamkan itu, seenaknya bukanlah milik kanak-kanaknya.

Waktu Terasa Sempit

Berpikir bahwa besok aku akan mati? Tidak, aku berpikir, besok pasti sudah terlambat. Jadi kuingin hidup dalam hari-hariku berisi dengan kesempurnaan rasa, rasa syukur, rasa cinta dan rasa percaya diri. Hingga tidak pernah lelah untuk terus, menunjukkan pada suamiku, anakku, betapa aku mencintainya, dengan aku giat bekerja, berpikir, memperbaiki diri dengan berbuat, berkarya dan memenuhi hari-hari mereka dengan kejutan, dari diriku sebagai istri dan ibu. Hidupku terlalu indah untuk disia-siakan.

Tidak ada komentar: