25 Desember 2008

Masih sebuah Impian



Kenapa ya aku begitu mencintai tarian Bali? Padahal lahirku tidak disana, darahku pun bukan mereka. Tidak pernah hilang dalam ingatanku, gerak tubuhnya, lekukan tangan dan lirikan mata klasik itu. Kecintaan yang teramat dalam pada satu jenis tari itu, tari Bali klasik. Jatuh hatiku masih membara. Aku ingin berguru pada sang maestro untuknya!!!

Tarian itu memberiku semangat, memberi hidup dan gairah. Seandainya saja, ku diberi waktu dan kesempatan itu. Saat ini masih sebuah impian, tapi mimpi itu akan terus ada, menjadi cita-cita, yang akan kuwujudkan kelak, entah besok atau nanti. Biar raga termakan usia. Cinta dan harap ku tak pernah pudar.

21 Desember 2008

Mabuk Cinta



Bagiku pagi ini begitu cerah, udara dingin terasa menyejukkan. Sinar pagi keemasan mengisi ruang hidupku. Terkagum-kagum pada warna kehidupan. Gairah hidupku tak pernah demikian besar, dipenuhi harap, keyakinan dan cita-cita. Semangat ku tak pernah padam, meski pagi mencinta dan malam merindunya. Hidup ini terasa begitu sempurna. Mabuk cinta.

Tuhan Maha Kasih menyadarkanku, mengijinkanku mengenal "cinta". Cinta tanpa syarat yang hadir menemani jalan panjang kehidupanku mulai kini dan nanti. Mengajarkanku tentang kehidupan, mengijinkanku tumbuh dan menjadi diriku sendiri, memberi kasih sayang tanpa balas. Tanpa sesal akan ketidaksempurnaan. Cinta yang menghidupkan jiwaku, penuh kebaikan dan tak menyakiti. Dia adalah aku, dan hanya ada kita. Tak perlu mengikat nya dengan apapun, karena debar jantungku adalah janji, aku disini dan kita bertemu dipenantian itu.

Tuhan, ijinkan aku hidup lebih lama lagi, menemani kasihku, memberikan hatiku. Karena cintaku adalah sayang, yang akan hidup walau dunia mati.





"Love is patient, love is kind. It does not envy, it does not boast, it is not proud. It is not rude, it is not self-seeking, it is not easily angered, it keeps no record of wrongs. Love does not delight in evil but rejoices with the truth. It always protects, always trusts, always hopes, always perseveres. Love never fails."

16 Desember 2008

Andy Williams




Biography

Easily the most solid and long-lasting vocalist of his era, Andy Williams' laid-back delivery and expansive voice has charmed audiences for decades, from his first appearance with a brother quartet into his seventh decade of performance as the head of his own dinner theater in Branson, MO. Born in Wall Lake, IA, Williams sang in his church choir and later formed a quartet with his three brothers. The group performed on radio throughout the Midwest, then moved to Los Angeles to make it in show business. The Williams Brothers Quartet appeared on Bing Crosby's 1944 hit "Swinging On a Star" and appeared with comedienne Kay Thompson during the late '40s.

Andy Williams finally began his solo career in 1952, making several appearances on Steve Allen's Tonight Show before signing a contract with Archie Bleyer's Cadence Records in 1955. He hit the Top Ten in 1956 with his third single for the label, "Canadian Sunset." One year later, his soft-toned cover of the Charlie Gracie rockabilly nugget "Butterfly" hit number one (it's still his biggest hit). Additional Top Ten entries "Are You Sincere," "Lonely Street," and "The Village of St. Bernadette" followed before Williams moved to Columbia in 1961.

Despite another big hit in 1963, "Can't Get Used to Losing You," Williams failed to generate much action on the singles charts during the 1960s. Instead, his highly rated variety program on NBC-TV spurred interest in the ever-growing LP market for adult and middle-of-the-road audiences. The popular 1962 album Moon River & Other Great Movie Themes featured the song he's most identified with, and the following year's Days of Wine and Roses hit the top of the album charts. Nine more LPs hit the Top Ten for Andy Williams during the '60s, many organized around loose themes -- Broadway, ballads, and one album that featured members of his family. Though 1971's Love Story was a platinum success that sparked a Top Ten hit for the title song, his television show was canceled that year.

Andy Williams remained very popular during the '70s, especially for British audiences. His single "Solitaire" hit the Top Ten there in 1973, though it didn't even chart in America. Two of his subsequent albums also performed well, but only in Britain. He released relatively few LPs during the 1980s, but returned to the pop world in the early '90s when he founded his own theater/resort in the home-grown entertainment capital of Branson, MO. Williams continued to headline shows there during the rest of the decade and into the 2000s. ~ John Bush, All Music Guide

Speak Softly Love

(Andy Williams)


Speak softly, love and hold me warm against your heart
I feel your words, the tender trembling moments start
We're in a world, our very own
Sharing a love that only few have ever known

Wine-colored days warmed by the sun
Deep velvet nights when we are one

Speak softly, love so no one hears us but the sky
The vows of love we make will live until we die
My life is yours and all because
You came into my world with love so softly love

Wine-colored days warmed by the sun
Deep velvet nights when we are one

Speak softly, love so no one hears us but the sky
The vows of love we make will live until we die
My life is yours and all because
You came into my world with love so softly love



Where Do I Begin


Where do I begin
To tell the story of how great a love can be;
The sweet love story that is older than the sea,
The simple truth about the love he brings to me?
Where do I start?

With his first hello,
He gave new meaning to this empty world of mine,
There'll never be another love, another time,
He came into my life and made the living fine,
He fills my heart,

He fills my heart with very special things,
With angels' songs, with wild imaginings,
He fills my soul with so much love,
That anywhere I go I'm never lonely;
With his along, who could be lonely?
I reach for his hand -- it's always there...

How long does it last?
Can love be measured by the hours in a day?
I have no answers now but this much I can say:
I know I'll need him till the stars all burn away,
And he'll be there.




(Thank's to Andy Wiliams)

15 Desember 2008

(They Long To Be) Close To You

Bintang's Goodnight lullabay

Carpenters
Words & Music: Burt Bacharach & Hal David


Why do birds suddenly appear
Every time you are near?
Just like me, they long to be
Close to you.

Why do stars fall down from the sky
Every time you walk by?
Just like me, they long to be
Close to you.

On the day that you were born
The angels got together
And decided to create a dream come true
So they sprinkled moon dust in your hair of gold
And starlight in your eyes of blue.

That is why all the girls in town
Follow you all around.
Just like me, they long to be
Close to you.

On the day that you were born
The angels got together
And decided to create a dream come true
So they sprinkled moon dust in your hair of gold
And starlight in your eyes of blue.

That is why all the girls in town
Follow you all around.
Just like me, they long to be
Close to you.
Just like me
They long to be
Close to you.

Wahhhhhhhhhhh, close to you.
Wahhhhhhhhhhh, close to you.
Hahhhhhhhhhhh, close to you.
Lahhhhhhhhhhh, close to you.

11 Desember 2008

Kelenjar Pineal


Adalah Mata Internal

LEONARDO VINTINI
(http://en.epochtimes.com/n2/science-technology/celestial-eye-niwan-dmt-third-eye-3008.html)


Selama seribu tahun, kelenjar pineal dikenal sebagai penghubung tubuh manusia dengan alam pikiran yang lebih dalam atau sebuah jendela untuk memasuki dimensi lain.

Namun konsep seperti ini telah memudar seiring dengan berjalannya waktu. Ilmu pengetahuan mulai menaruh perhatian padanya dalam upaya untuk memahami fungsi terpendam dari “mata yang tersembunyi”.

Dahulu, saya berbicara dengan ayah saya yang mempercayai penyelidikan ilmiah dan paranormal. Salah satu topik paling menarik yang saya ingat adalah beberapa pengalaman menjelang kematian, dimana para pasien melaporkan beberapa perjalanan sementara yang menyenangkan di luar tubuh fisik mereka yang secara klinis (medis) sudah dinyatakan meninggal.

Sejak dahulu ayah saya sudah menekankannya selama bertahun-tahun ia belajar di sekolah kedokteran. Beliau telah mempelajari bahwa organ-organ dalam tubuh manusia telah mengijinkan manusia untuk mengamati pemandangan di luar tubuh yang tidak dapat dilihat dengah sepasang mata kita.

Dua puluh tahun kemudian ketika saya mendapatkan diri saya berada dalam koridor pada universitas yang sama, seorang profesor anatomi mengungkapkan suatu fakta yang misterius yang belum pernah disebutkan ayah saya selama diskusi-diskusi yang pernah kami lakukan dahulu.

Ia mengatakan terdapat suatu rahasia di dalam suatu jaringan sel-sel yang sangat kecil dan tersembunyi, namun masih dapat mengontrol proses metabolisme yang vital. Itu adalah sebuah mata yang tersembunyi, yaitu Mata Ketiga.

Bayangkan jika terdapat organ penglihatan yang mampu melihat dengan jelas ruang-ruang yang ada di luar dunia fisik kita. Makhluk asing apakah yang memiliki kemampuan aneh seperti itu?

Jawabannya adalah umat manusia. Pineal body adalah suatu jaringan kelenjar kecil yang terletak di bagian pusat kepala, yang tidak hanya mampu merasakan adanya cahaya dari luar layaknya sama seperti sepasang mata kita, tetapi strukturnya juga sama dengan mata pada umumnya tetapi dia jauh lebih sederhana.

Kelenjar Pineal melaksanakan sejumlah besar fungsi-fungsi jasmani yang penting, seperti pengembangan seksual, metabolisme dan menghasilkan Melatonin.

Sebutan istilah “kelenjar pineal” menciptakan aura yang gaib. Ahli filsafat, fisiologi, fisika, ilmu pengetahuan alam dan matematika Perancis yang terkenal, Rene Descartes (1596 – 1650) menyebutnya “pusat dari jiwa.” Yang lain mempercayai inilah Pusat yang membawa “kode kehidupan” dan menyampaikan berbagai pesan ke tubuh. Penelitian akademik baru baru ini telah menemukan bahwa kelenjar pineal berisi sel-sel peka cahaya yang berfungsi seperti sel-sel retina mata, yang membuktikan kebenaran bahwa kelenjar pineal dapat “melihat.” Kemudian, dikenal juga sebagai “mata ketiga.” Penelitian modern pada produksi melatonin oleh kelenjar pineal telah membongkar sedikit misteri kelenjar pineal.

Kelenjar Pineal dan Melatonin

Kelenjar pineal itu organ berbentuk kerucut yang rata, sebesar kacang polong terletak di pusat otak tengah. Mencapai ukuran terbesar selama masa kanak-kanak, tetapi mengeras dan menyusut dengan bertambahnya usia.

Produksi melatonin oleh kelenjar pineal ditentukan oleh jumlah cahaya yang diterima, karena kelenjar memainkan peranan jam tubuh, disebabkan oleh kepekaannya terhadap cahaya dan pengaturan siklus tidur-bangun. Selama tidur malam, tingkat melatonin dalam tubuh naik, mencapai puncak antara jam 11 malam dan jam 2 pagi, dan kemudian turun secara dramatis saat hari menjelang fajar.

Produksi melatonin berhubungan dengan umur, meningkat pada tiga bulan setelah lahir, memuncak pada usia enam tahun, dan mulai merosot setelah masa puber.

Pengaruh Melatonin pada Tubuh Manusia

Melatonin memiliki susunan kimia yang sederhana, tetapi memainkan peran yang penting dalam fungsi-fungsi tubuh, mengawasi kerja berbagi kelenjar dan organ, dan mengatur produksi hormon. Juga mengendalikan kelebihan rangsangan syaraf simpatik pada tekanan darah bawah dan memperlambat kecepatan jantung, sehingga mengurangi dampak pada jantung. Juga mengurangi ketegangan jiwa, memperbaiki tidur, mengatur jam biologis tubuh, menghilangkan pengaruh dari perbedaan jam tidur, memperkuat kekebalan, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap kuman dan virus, dan mencegah kanker dan pikun.

Produksi Melatonin berbanding terbalik dengan produksi serotonin, zat kimia yang menarik pembuluh darah dan bertindak sebagai pemancar syaraf. Pikiran paling aktif selama siang hari,saat berkelana secara liar dan kacau, menyebabkan peningkatan jumlah serotonin yang diperlukan oleh sel-sel syaraf. Selama malam hari atau meditasi, saat pikiran kurang aktif, serotonin berkurang dan lebih banyak melatonin diproduksi, dan situasinya berubah. Bagaimanapun, saat mata merasakan cahaya, produksi melatonin turun. Inilah mengapa para pekerja malam dan mereka yang tidur dengan lampu menyala memiliki kekebalan lebih rendah terhadap penyakit dan kecenderungan mengembangkan penyakit kanker lebih tinggi daripada yang lain.

Asal Melatonin

Melatonin ada dalam jumlah kecil dalam banyak jenis tanaman, termasuk gandum, jagung manis, beras, jahe, tomat, pisang dan jali-jali. Asupan makanan lain seperti rumput laut, kacang kedelai, biji labu kuning, biji semangka, kacang almond, kacang-kacangan, ragi, susu bubuk campur ragi, kecambah gandum dan susu membantu meningkatkan produksi melatonin tubuh.

Asupan makanan yang rendah menjamin tingkat melatonin normal. Penelitian menunjukkan bahwa tikus tua yang diberi lebih sedikit makanan memiliki kelenjar pineal yang sehat seperti tikus muda, dan dapat mengatur produksi melatonin. Tingkat melatonin mereka 80 persen dari yang di temukan pada tikus muda, dibandingkan dengan 40 persen pada tikus tua yang tidak dibatasi makanannya.

Para ilmuwan telah menemukan banyak keistimewaan yang ada di dalam kelenjar pineal yang tidak dapat dijelaskan secara sederhana, karena organ ini memiliki struktur yang unik, ilmuwan telah menyimpulkan bahwa ia telah memerankan beberapa fungsi yang tak dapat diketahui sampai sekarang ini.

Ilmu pengobatan modern telah menyatakan bahwa kelenjar yang terletak jauh di bagian dalam pusat otak ini terdiri dari sel-sel yang peka cahaya (photoreceptor cells). Namun pendapat utamanya menyebutkan bahwa keistimewaan ini hanya dapat menguraikan beberapa kemampuan terpendam yang ada pada masa-masa awal evolusi kita.

Menurut pemahaman teori evolusi dari ilmu pengetahuan tentang pineal body, organ ini dulunya merupakan suatu sistem serabut saraf yang tidak teratur, yang terletak di bagian luar permukaan tengkorak kepala, khusus untuk menangkap perubahan-perubahan cahaya dan sebagai sarana penunjang bagi tuannya agar dapat melarikan diri bila diserang pemangsa.

Pemahaman seperti ini memperlihatkan bahwa kelenjar pineal melaksanakan fungsi-fungsi yang sama seperti sepasang mata, hanya saja perbedaannya keberadaannya yang secara aneh menjadi terdesak mundur sampai di bagian dalam tengkorak kepala.

Suatu hipotesa terbaru yang diusulkan David Klein sebagai kepala bidang saraf Endokrin (Neuroendocrinology ) pada Lembaga Nasional Pengembangan Kesehatan Anak dan Orang (National Institute of Child Health and Human Development (NICHD)), menyatakan bahwa retina primitif telah terlatih untuk merangkap pekerjaannya, apakah itu untuk menangkap gambar atau untuk menghasilkan Melatonin. Ia percaya bahwa seiring dengan berjalannya waktu, fungsi ini akhirnya telah berpindah tempat ke kelenjar Pineal, suatu organ yang mandiri, sedangkan degenerasi dari retina sebagai penghasil melatonin pada mamalia (binatang menyusui) dapat tetap ada tanpa suatu penjelasan yang masuk akal.

Namun sekarang kelenjar Pineal dikenal sebagai suatu yang baik karena mengeluarkan Endogin, dan tentu saja masih terdiri dari sejumlah sel peka cahaya yang penting, ini adalah suatu proses jasmani yang dikenal secara ilmiah.

Yang mengejutkan adalah apabila sepasang mata ini dipindahkan, dan pada jalur anatomi di bagian depan dari kelenjar ini bila dihadapkan secara langsung ke cahaya, organ ini tetap dapat merespon serta memberikan rangsangan-rangsang an dengan cara yang sama seperti sepasang mata.

Fakta ini telah menyebabkan beberapa para peneliti mempertimbangkan apakah kelenjar Pineal bukan hanya lebih dari sekedar mata yang mengalami degenerasi. Apakah masih banyak proses dalam otak yang belum dapat dimengerti, yang masih tertinggal dalam ruang dari sel-sel yang berbentuk kerucut kecil yang ada dalam kelenjar pineal ini?

Suatu jendela menuju kesadaran yang lebih tinggi
Dr. Sérgio Felipe de Oliveira, Msc. dari fakultas medis Universitas São Paulo dan direktur Klinik Otak Pineal (Pineal Mind Clinic), mengatakan bahwa meningkatnya aktivitas Pineal secara intim berkaitan dengan aktivitas jasmani seperti penampakan atau meditasi.

Selanjutnya, disamping berbagai fungsi Endogin dari kelenjar pineal (pengendalian hypothalamus, bioritmik dan perlindungan terhadap radikal bebas) juga bertanggung jawab untuk memancarkan N, N-dimethyltryptamin e (DMT), yang dikenal oleh beberapa orang sebagai ‘molekul dari roh’.

Pembebasan dari molekul ini dianggap sebagai halusinasi yang berasal dari pancaran saraf (hallucinogenic neurotransmitter) yang akan meningkat pada waktu tidur, meditasi dalam suatu keadaan tertentu, pengalaman selama menjelang kematian, begitu juga dengan suatu proses seperti membayangkan perencanaan pembangunan pabrik-pabrik.

Orang-orang yang skeptis meragukan perihal kesadaran yang lebih tinggi untuk memasuki taraf dimensi lain, mereka lebih percaya bahwa pengalaman seperti itu adalah fenomena yang dipengaruhi oleh pengaruhi kimia tertentu pada otak. Tetapi mereka kesulitan menjelaskan hubungan antara pembebasan DMT (yang mengakibatkan terjadinya gambar di pineal) dengan pengalaman-pengalam an mendekati kematian.

Seperti yang diketahui oleh Dr. Rick Strassman, yang sudah menyelenggarakan studi-studi secara menyeluruh dan mendalam terhadap efek DMT pada manusia, riset semacam ini diharapkan mulai dapat mengetahui lebih dekat lagi mengenai kelenjar pineal yang tidak lebih dari sekedar mata yang mengalami degenerasi, yang berpindah tempat untuk menghasilkan hormon-hormon, tetapi sebagai sebuah jendela bawaan lahir untuk melihat keberadaan ruang-ruang lain.

Pandangan dari kelenjar pineal ini bukanlah sesuatu yang baru. Hal tersebut sebenarnya telah mewakili cakra ke enam dari ajna, seperti yang dibicarakan dalam tradisi Vedic (tradisi India kuno yang ada pada kitab Veda yang ditulis dalam bahasa Sansekerta (bahasa India kuno)), jendela dari Brahma yang dikenal dalam agama Hindu, Mata Surga (Mata Ketiga) dalam istilah Tiongkok kuno, tempat istana Niwan seperti yang dikenal oleh pengikut Dao (baca Tao) atau “tempat bersemayamnya jiwa” menurut Descartes.

Dapatkah sel-sel yang berbentuk kerucut kecil, yang terletak pada pusat otak, melihat dengan jelas tingkat-tingkat alam yang tidak dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuan?



05 Desember 2008

"Ikan Asin dan Sambel Trasi...."

Buat Sang Begawan ku yang rendah hati dan penuh cinta




Me, Maestro Slamet Rahardjo Djarot, Hubby










Precious Moment

















Special Thanks to Jojo...for the precious snap

Bintang Timur in Action




"Mmmmm......"



"What a day..what a day..."



"I guess...Im...."



"See, I told you so..."



"I wonder if..."






04 Desember 2008

Siddhartha Gautama


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas




Gautama Buddha dilahirkan dengan nama Siddhārtha Gautama (Sansekerta: Siddhattha Gotama; Pali: "keturunan Gotama yang tujuannya tercapai"), dia kemudian menjadi sang Buddha (secara harafiah: orang yang telah mencapai Penerangan Sempurna). Dia juga dikenal sebagai Shakyamuni atau Sakyamuni ('orang bijak dari kaum Sakya') dan sebagai sang Tathagata.

Riwayat Hidup Siddharta Gautama

Orang tua

Ayah dari Pangeran Siddharta adalah Sri Baginda Raja Suddhodana dari Suku Sakya dan ibunya adalah Sri Ratu Mahä Mäyä Dewi. Ibunda Ratu meninggal dunia tujuh hari setelah melahirkan Sang Pangeran. Setelah meninggal, beliau terlahir di alam Tusita, yaitu alam sorga luhur. Sejak itu maka yang merawat Pangeran Siddharta adalah Mahä Pajäpati, bibinya yang juga menjadi isteri Raja Suddhodana.

Kelahiran

Pangeran Siddharta dilahirkan pada tahun 623 SM di Taman Lumbini, saat Ratu Maha Maya berdiri memegang dahan pohon sal. Pada saat ia lahir, dua arus kecil jatuh dari langit, yang satu dingin sedangkan yang lainnya angat. Arus tersebut membasuh tubuh Siddhartha. Siddhartha lahir dalam keadaan bersih tanpa noda, berdiri tegak dan langsung dapat melangkah ke arah utara, berpijak bunga teratai. Oleh para pertapa di bawah pimpinan Asita Kaladewala diramalkan bahwa Pangeran Siddharta kelak akan menjadi Maharaja Diraja atau akan menjadi seorang Buddha. Hanya pertapa Kondañña yang dengan pasti meramalkan bahwa Sang Pangeran kelak akan menjadi Buddha. Mendengar ramalan tersebut Sri Baginda menjadi cemas, karena apabila Sang Pangeran menjadi Buddha, tidak ada yang akan mewarisi tahta kerajaannya. Oleh pertanyaan Sang Raja, para pertapa itu menjelaskan agar Sang Pangeran jangan sampai melihat empat macam peristiwa, atau ia akan menjadi pertapa dan menjadi Buddha. Empat macam peristiwa itu adalah:

1. Orang tua,
2. Orang sakit,
3. Orang mati,
4. Seorang pertapa.

Masa kecil

Sejak kecil sudah terlihat bahwa Sang Pangeran adalah seorang anak yang cerdas dan sangat pandai, selalu dilayani oleh pelayan-pelayan dan dayang-dayang yang masih muda dan cantik rupawan di istana yang megah dan indah. Dalam usia 16 tahun Pangeran Siddharta menikah dengan Puteri Yasodhara yang dipersuntingnya setelah memenangkan berbagai sayembara. Ternyata akhirnya Sang Pangeran melihat empat peristiwa yang selalu diusahakan agar tidak berada di dalam penglihatannya, setelah itu Pangeran Siddharta tampak murung dan kecewa melihat kenyataan hidup yang penuh dengan derita ini. Dalam Usia 7 tahun Pangeran Siddharta telah mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Tetapi Pangeran Siddharta kurang berminat dengan pelajaran tersebut. Pangeran Siddharta mendiami tiga istana, yaitu istana musim semi, musim hujan dan pancaroba.

Masa dewasa

Ketika beliau berusia 29 tahun, putera pertamanya lahir dan diberi nama Rahula. Setelah itu Pangeran Siddharta meninggalkan istana, keluarga, kemewahan, untuk pergi berguru mencari ilmu sejati yang dapat membebaskan manusia dari usia tua, sakit dan mati. Pertapa Siddharta berguru kepada Alära Käläma dan kemudian kepada Uddaka Ramäputra, tetapi tidak merasa puas karena tidak memperoleh yang diharapkannya. Kemudian beliau bertapa menyiksa diri dengan ditemani lima orang pertapa. Akhirnya beliau juga meninggalkan cara yang ekstrim itu dan bermeditasi di bawah pohon Bodhi untuk mendapatkan Penerangan Agung.

Kata-kata pertapa Asita membuat Baginda tidak tenang siang dan malam, karena khawatir kalau putra tunggalnya akan meninggalkan istana dan menjadi pertapa, mengembara tanpa tempat tinggal. Untuk itu Baginda memilih banyak pelayan untuk merawat Pangeran Siddharta, agar putra tunggalnya menikmati hidup keduniawian. Segala bentuk penderitaan berusaha disingkirkan dari kehidupan Pangeran Siddharta, seperti sakit, umur tua, dan kematian. Sehingga Pangeran hanya mengetahui kenikmatan duniawi.

Suatu hari Pangeran Siddharta meminta ijin untuk berjalan di luar istana, dimana pada kesempatan yang berbeda dilihatnya "Empat Kondisi" yang sangat berarti, yaitu orang tua, orang sakit, orang mati dan orang suci. Sehingga Pangeran Siddharta bersedih dan menanyakan kepada dirinya sendiri, "Apa arti kehidupan ini, kalau semuanya akan menderita sakit, umur tua dan kematian. Lebih-lebih mereka yang minta pertolongan kepada orang yang tidak mengerti, yang sama-sama tidak tahu dan terikat dengan segala sesuatu yang sifatnya sementara ini!". Pangeran Siddharta berpikir bahwa hanya kehidupan suci yang akan memberikan semua jawaban tersebut.

Selama 10 tahun lamanya Pangeran Siddharta hidup dalam kesenangan duniawi. Pergolakan batin Pangeran Siddharta berjalan terus sampai berusia 29 tahun, tepat pada saat putra tunggalnya Rahula lahir. Pada suatu malam, Pangeran Siddharta memutuskan untuk meninggalkan istananya dan dengan ditemani oleh kusirnya, Canna. Tekadnya telah bulat untuk melakukan Pelepasan Agung dengan menjalani hidup sebagai pertapa.

Masa pengembaraan

Didalam pengembaraannya, pertapa Gautama mempelajari latihan pertapaan dari pertapa Bhagava dan kemudian memperdalam cara bertapa dari dua pertapa lainnya, yaitu pertapa Alara Kalama dan pertapa Udraka Ramputra. Namun setelah mempelajari cara bertapa dari kedua gurunya tersebut, tetap belum ditemukan jawaban yang diinginkannya. Sehingga sadarlah pertapa Gautama bahwa dengan cara bertapa seperti itu tidak akan mencapai Pencerahan Sempurna. Kemudian pertapa Gautama meninggalkan kedua gurunya dan pergi ke Magadha untuk melaksanakan bertapa menyiksa diri di hutan Uruwela, di tepi Sungai Nairanjana yang mengalir dekat Hutan Gaya. Walaupun telah melakukan bertapa menyiksa diri selama enam tahun di Hutan Uruwela, tetap pertapa Gautama belum juga dapat memahami hakekat dan tujuan dari hasil pertapaan yang dilakukan tersebut.

Pada suatu hari pertapa Gautama dalam pertapaannya mendengar seorang tua sedang menasehati anaknya di atas perahu yang melintasi sungai Nairanjana dengan mengatakan:
“ Bila senar kecapi ini dikencangkan, suaranya akan semakin tinggi. Kalau terlalu dikencangkan, putuslah senar kecapi ini, dan lenyaplah suara kecapi itu. Bila senar kecapi ini dikendorkan, suaranya akan semakin merendah. Kalau terlalu dikendorkan, maka lenyaplah suara kecapi itu ”

Nasehat tersebut sangat berarti bagi pertapa Gautama yang akhirnya memutuskan untuk menghentikan tapanya lalu pergi ke sungai untuk mandi. Badannya yang telah tinggal tulang hampir tidak sanggup untuk menopang tubuh pertapa Gautama. Seorang wanita bernama Sujata memberi pertapa Gautama semangkuk susu. Badannya dirasakannya sangat lemah dan maut hampir saja merenggut jiwanya, namun dengan kemauan yang keras membaja, pertapa Gautama melanjutkan samadhinya di bawah pohon bodhi (Asetta) di Hutan Gaya, sambil berprasetya, "Meskipun darahku mengering, dagingku membusuk, tulang belulang jatuh berserakan , tetapi aku tidak akan meninggalkan tempat ini sampai aku mencapai Pencerahan Sempurna."

Perasaan bimbang dan ragu melanda diri pertapa Gautama, hampir saja Beliau putus asa menghadapi godaan Mara, setan penggoda yang dahsyat itu. Dengan kemauan yang keras membaja dan dengan iman yang teguh kukuh, akhirnya godaan Mara dapat dilawan dan ditaklukkannya. Hal ini terjadi ketika bintang pagi memperlihatkan dirinya di ufuk timur.

Sekarang pertapa Gautama menjadi terang dan jernih, secerah sinar fajar yang menyingsing di ufuk timur. Pertapa Gautama telah mencapai Pencerahan Sempurna dan menjadi Samyaksam-Buddha [Sammasam-Buddha], tepat pada saat bulan Purnama Raya di bulan Waisak ketika ia berusia 35 tahun (menurut versi Buddhisme Mahayana, 531 SM pada hari ke-8 bulan ke-12, menurut kalender lunar. Versi WFB, pada bulan Mei tahun 588 SM). Pada saat mencapai Pencerahan Sempurna, dari tubuh Sang Siddharta memancar enam sinar Buddha (Buddharasmi) dengan warna biru yang berarti bhakti; kuning mengandung arti kebijaksanaan dan pengetahuan; merah yang berarti kasih sayang dan belas kasih; putih mengandung arti suci; jingga berarti giat; dan campuran kelima sinar tersebut.





Setelah mencapai Pencerahan Sempurna, pertapa Gautama mendapat gelar kesempurnaan yang antara lain : Buddha Gautama, Buddha Shakyamuni, Tathagata ('Ia Yang Telah Datang', Ia Yang Telah Pergi'), Sugata ('Yang Maha Tahu'), Bhagava ('Yang Agung') dan sebagainya. Lima pertapa yang mendampingi Beliau di hutan Uruwela merupakan murid pertama Sang Buddha yang mendengarkan khotbah pertama Dhammacakka Pavattana, dimana Beliau menjelaskan mengenai Jalan Tengah yang ditemukan-Nya, yaitu Delapan Ruas Jalan Kemuliaan termasuk awal khotbahNya yang menjelaskan "Empat Kebenaran Mulia".

Buddha Gautama berkelana menyebarkan Dharma selama empat puluh lima tahun lamanya kepada umat manusia dengan penuh cinta kasih dan kasih sayang, hingga akhirnya mencapai usia 80 tahun, saat ia menyadari bahwa tiga bulan lagi ia akan mencapai Parinibbana.

Sang Buddha dalam keadaan sakit terbaring di antara dua pohon sala di Kusinagara, memberikan khotbah Dharma terakhir kepada siswa-siswa-Nya, lalu Parinibbana (versi Buddhisme Mahayana, 486 SM pada hari ke-15 bulan ke-2 kalender Lunar. Versi WFB pada bulan Mei, 543 SM).

Khotbah Buddha Gautama terakhir mengandung arti yang sangat dalam bagi siswa-siswa-Nya karena mengandung prinsip-prinsip beragama, seperti

* Percaya pada diri sendiri dalam mengembangkan Ajaran Sang Buddha;
* Jadikanlah Ajaran Sang Buddha (Dharma) sebagai pencerahan hidup;
* Segala sesuatu tidak ada yang kekal abadi;
* Tujuan dari Ajaran Sang Buddha (Dharma) ialah untuk mengendalikan pikiran;
* Pikiran dapat menjadikan seseorang menjadi Buddha, namun pikiran dapat pula menjadikan seseorang menjadi binatang;
* Hendaknya saling menghormati satu dengan yang lain dan dapat menghindarkan diri dari segala macam perselisihan;
* Bilamana melalaikan Ajaran Sang Buddha, dapat berarti belum pernah berjumpa dengan Sang Buddha.
* Mara (setan) dan keinginan nafsu duniawi senantiasa mencari kesempatan untuk menipu umat manusia;
* Kematian hanyalah musnahnya badan jasmani;
* Buddha yang sejati bukan badan jasmani manusia, tetapi Pencerahan Sempurna;
* Kebijaksanaan Sempurna yang lahir dari Pencerahan Sempurna akan hidup selamanya di dalam Kebenaran;
* Hanya mereka yang mengerti, yang menghayati dan mengamalkan Dharma yang akan melihat Sang Buddha;
* Ajaran yang diberikan oleh Sang Buddha tidak ada yang dirahasiakan, ditutup-tutupi ataupun diselubungi.

Sang Buddha bersabda, "Dengarkan baik baik, wahai para bhikkhu, Aku sampaikan padamu: Akan membusuklah semua benda benda yang terbentuk, berjuanglah dengan penuh kesadaran!" (Digha Nikaya II, 156)

Sifat Agung Sang Buddha Sang Buddha menjelang Parinirwana.
Seorang Buddha memiliki sifat Cinta Kasih (maitri atau metta) dan Kasih Sayang (karuna) yang diwujudkan oleh sabda Buddha Gautama, "Penderitaanmu adalah penderitaanku, dan kegembiraanmu adalah kegembiraanku." Manusia adalah pancaran dari semangat Cinta Kasih dan Kasih Sayang yang dapat menuntunnya kepada Pencerahan Sempurna.

Cinta Kasih dan Kasih Sayang seorang Buddha tidak terbatas oleh waktu dan selalu abadi, karena telah ada dan memancar sejak manusia pertama kalinya terlahir dalam lingkaran hidup roda samsara yang disebabkan oleh ketidaktahuan atau kebodohan batinnya. Jalan untuk mencapai Kebuddhaan ialah dengan melenyapkan ketidaktahuan atau kebodohan batin yang dimiliki oleh manusia. Pada waktu Pangeran Siddharta meninggalkan kehidupan duniawi, ia telah mengikrarkan Empat Prasetya yang berdasarkan Cinta Kasih dan Kasih Sayang yang tidak terbatas, yaitu

1. Berusaha menolong semua makhluk.
2. Menolak semua keinginan nafsu keduniawian.
3. Mempelajari, menghayati dan mengamalkan Dharma.
4. Berusaha mencapai Pencerahan Sempurna.

Buddha Gautama pertama melatih diri untuk melaksanakan amal kebajikan kepada semua makhluk dengan menghindarkan diri dari sepuluh tindakan yang diakibatkan oleh tubuh, ucapan dan pikiran, yaitu

* Tubuh (kaya) : pembunuhan, pencurian, perbuatan zinah.
* Ucapan (vak) : penipuan, pembicaraan fitnah, pengucapan kasar, percakapan tiada manfaat.
* Pikiran (citta) : kemelekatan, niat buruk dan kepercayaan yang salah.

Cinta kasih dan kasih sayang seorang Buddha adalah cinta kasih untuk kebahagiaan semua makhluk seperti orang tua mencintai anak-anaknya, dan mengharapkan berkah tertinggi terlimpah kepada mereka. Bagaikan hujan yang jatuh tanpa membeda-bedakan, demikianlah "Cinta Kasih seorang Buddha". Akan tetapi terhadap mereka yang menderita sangat berat atau dalam keadaan batin gelap, Sang Buddha akan memberikan perhatian khusus. Dengan Kasih Sayang-Nya, Sang Buddha menganjurkan supaya mereka berjalan di atas jalan yang benar dan mereka akan dibimbing dalam melawan kejahatan, hingga tercapai "Pencerahan Sempurna". Sang Buddha adalah ayah dalam kasih sayang dan ibu dalam cinta kasih.

Sebagai Buddha yang abadi, Beliau telah mengenal semua orang dan dengan menggunakan berbagai cara Beliau telah berusaha untuk meringankan penderitaan semua makhluk. Buddha Gautama mengetahui sepenuhnya hakekat dunia, namun Beliau tidak pernah mau mengatakan bahwa dunia ini asli atau palsu, baik atau buruk. Beliau hanya menunjukkan tentang keadaan dunia sebagaimana adanya. Buddha Gautama mengajarkan agar setiap orang memelihara akar kebijaksanaan sesuai dengan watak, perbuatan dan kepercayaan masing-masing. Beliau tidak saja mengajarkan melalui ucapan, akan tetapi juga melalui perbuatan. Meskipun bentuk fisik tubuh-Nya tidak ada akhirnya, namun dalam mengajar umat manusia yang mendambakan hidup abadi, Beliau menggunakan jalan pembebasan dari kelahiran dan kematian untuk membangunkan perhatian mereka.

Seorang Buddha memiliki sifat-sifat luhur sebagai berikut:

1. Bertingkah laku baik;
2. Berpandangan hidup luhur;
3. Memiliki kebijaksanaan sempurna;
4. Memiliki kepandaian mengajar yang tiada bandingnya;
5. Memiliki cara menuntun dan membimbing manusia dalam mengamalkan Dharma.

Buddha Gautama memelihara semangatNya yang selalu tenang dan damai dengan melaksanakan meditasi. Sang Buddha membersihkan pikiran mereka dari kekotoran bathin dan menganugerahkan mereka kegembiraan dengan semangat tunggal yang sempurna. Jangkauan pikiran Sang Buddha melampaui jangkauan pikiran manusia biasa. Dengan kebijaksanaan yang sempurna, Buddha Gautama dapat menghindarkan diri dari sikap-sikap ekstrim dan prasangka, serta memiliki kesederhanaan. Oleh karena itu Beliau dapat mengetahui dan mengerti pikiran dan perasaan semua orang dan dapat melihat yang ada dan yang terjadi di dunia dalam sekejap, sehingga mendapatkan julukan seorang yang telah Mencapai Pencerahan Sempurna (Sammasam-Buddha) dan Yang Maha Tahu (Sugata).

Pengabdian Buddha Gautama telah membuat diri-Nya mampu mengatasi berbagai masalah didalam berbagai kesempatan yang pada hakekatnya adalah Dharma-kaya, yang merupakan keadaan sebenarnya dari hakekat yang hakiki dari seorang Buddha. Sang Buddha adalah pelambang dari kesucian, yang tersuci dari semua yang suci. Karena itu, Sang Buddha adalah Raja Dharma yang agung. Beliau dapat berkhotbah kepada semua orang, kapanpun dikehendaki-Nya. Sang Buddha mengkhotbahkan Dharma, akan tetapi sering terdapat telinga orang yang bodoh karena keserakahannya dan kebenciannya, tidak mau memperhatikan dan mendengarkan khotbah-Nya. Bagi mereka yang mendengarkan khotbah-Nya, yang dapat mengerti dan menghayati serta mengamalkan Sifat Agung Sang Buddha akan terbebas dari penderitaan hidup. Mereka tidak akan dapat tertolong hanya karena mengandalkan kepintarannya sendiri.

Buddha Gautama bersabda, "Hanya dengan jalan melalui kepercayaan, keyakinanlah, mereka akan dapat mengikuti ajaranKu. Karena itu setiap orang hendaknya mau mendengarkan ajaranKu, kemudian menghayati dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari."
Wujud dan Kehadiran Buddha

Buddha tidak hanya dapat diketahui dengan hanya melihat wujud dan sifat-Nya semata-mata, karena wujud dan sifat luar tersebut bukanlah Buddha yang sejati. Jalan yang benar untuk mengetahui Buddha adalah dengan jalan mencapai Pencerahan Sempurna. Buddha sejati tidak dapat dilihat oleh mata manusia biasa, sehingga Sifat Agung seorang Buddha tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Namun Buddha dapat mewujudkan diri-Nya dalam segala bentuk dengan sifat yang serba luhur. Apabila seseorang dapat melihat jelas wujud-Nya atau mengerti Sifat Agung Buddha, namun tidak tertarik kepada wujud-Nya atau sifat-Nya, dialah yang sesungguhnya yang telah mempunyai kebijaksanaan untuk melihat dan mengetahui Buddha dengan benar.

Buddha (Bahasa Sansekerta: बुद्ध berarti. Mereka yang Sadar, Yang mencapai pencerahan sejati. dari perkataan Sansekerta: "Budh", untuk mengetahui) merupakan gelar kepada individu yang menyadari potensi penuh mereka untuk memajukan diri dan yang berkembang kesadarannya. Dalam penggunaan kontemporer, ia sering digunakan untuk merujuk Siddharta Gautama, guru agama dan pendiri Agama Buddha (dianggap "Buddha bagi waktu ini"). Dalam penggunaan lain, ia merupakan tarikan dan contoh bagi manusia yang telah sadar.

Penganut Buddha tidak menganggap Siddharta Gautama sebagai sang hyang Buddha pertama atau terakhir. Secara teknis, Buddha, seseorang yang menemukan Dharma atau Dhamma (yang bermaksud: Kebenaran; perkara yang sebenarnya, akal budi, kesulitan keadaan manusia, dan jalan benar kepada kebebasan melalui Kesadaran, datang selepas karma yang bagus (tujuan) dikekalkan seimbang dan semua tindakan buruk tidak mahir ditinggalkan. Pencapaian nirwana (nibbana) di antara ketiga jenis Buddha adalah serupa, tetapi Samma-Sambuddha menekankan lebih kepada kualitas dan usaha dibandingkan dengan dua lainnya. Tiga jenis golongan Buddha adalah:

* Samma-Sambuddha yang mendapat Kesadaran penuh tanpa guru, hanya dengan usaha sendiri
* Pacceka-Buddha atau Pratyeka-Buddha yang menyerupai Samma-Sambuddha, tetapi senantiasa diam dan menyimpan pencapaian Dharma pada diri sendiri.
* Savaka-Buddha yang merupakan Arahat (pengikut kesadaran), tetapi mencapai tahap Kesadaran dengan mendengar Dhamma.

02 Desember 2008

Hidupku Saat Ini



Bukan Mengalir Seperti Air


Entah lah, aku tidak pernah setuju dengan pepatah "hidup seperti air mengalir". Mungkin bagiku terasa seperti pasrah saja, nerimo, lalu kalau ada masalah datang, masa hanya mengalir saja? Tidak cocok rasanya buatku. Bagiku, hidup ini perlu mimpi, cita-cita, perlu rencana, perlu perhitungan, perlu strategi. Lalu setiap hari perlu kubuat banyak jadwal, supaya tertata dengan baik, tidak perlu terlalu idealis sih, lantas bisa seharian merenungi kegagalan rencana. Tapi setidaknya, hariku terasa "penuh".

Mengenali diri

Merenungi nasib, merenungi hidup, merenungi kehidupan itu sendiri. Masa bisanya begitu? Ada saja yang kurang, ada saja yang menyesalkan. Lalu mendengar keluh, mendengarkan orang lain terpekur nasib, memandangi kekurangan yang lain, lalu tertegun dan tersadar, aku ternyata sangat beruntung. Kukenali apa mauku, ku bayangkan mimpiku, kutanya cita-citaku. Aku harus lebih mengenal diri daripada orang lain. Tuhan telah begitu baik padaku, memberiku ini, memberiku itu. Pasti Tuhan punya tujuan membuatku dan memberiku kehidupan, hingg a saat ini. Kucoba untuk selalu belajar, melihat dengan telinga dan berpikir dengan mata.

Tidak Memandang "sewajarnya"

Harus kuberi nilai dalam kehidupanku. Dengan memilih pekerjaan yang sesuai dengan "jiwa dan nuraniku", hingga bukan semata uang aku menjalaninya. Tidak, aku tidaklah sedatar itu. Kuberi nilai sedikit lebih baik, supaya kerjaku nanti bukan menjadi beban hari, supaya senyuman bangga terukir dari dalam hati. Ketika masalah kurasa mampir dalam rumahtanggaku, tidak perlu menunggu hari, tidak kupandang sewajarnya, kucari apa salahku, pasangan jiwaku untuk berbagi pikiran. Supaya indah pasanganku selalu sama ketika dulu aku mulai mencintainya. Ketika anakku lahir, kutajamkan naluri yang diberikan Tuhan kepadaku, kuasuh nya dia dengan cinta kasih. Kuingin dia tumbuh dengan nurani yang baik. Biarkan dia menemukan kekuatannya sendiri. Sedari kini kutanamkan itu, seenaknya bukanlah milik kanak-kanaknya.

Waktu Terasa Sempit

Berpikir bahwa besok aku akan mati? Tidak, aku berpikir, besok pasti sudah terlambat. Jadi kuingin hidup dalam hari-hariku berisi dengan kesempurnaan rasa, rasa syukur, rasa cinta dan rasa percaya diri. Hingga tidak pernah lelah untuk terus, menunjukkan pada suamiku, anakku, betapa aku mencintainya, dengan aku giat bekerja, berpikir, memperbaiki diri dengan berbuat, berkarya dan memenuhi hari-hari mereka dengan kejutan, dari diriku sebagai istri dan ibu. Hidupku terlalu indah untuk disia-siakan.

Secangkir Kopi Pahit

(1 Oktober 2008)



Penantian cukup panjang untuk kembali berkumpul, bertukar pikiran, bercanda, membaur rasa, sekian lama sudah melewati kehidupan jauh darinya. Kotaku berbeda hari itu, hatiku lebih membuncah penuh harap, kerinduan buat Kakak, Guru dan Sahabat. Tidak seminggu atau sehari, hanya secangkir kopi pahit yang berarti pagi itu.