27 Maret 2008

German Brownies


Bahan:
100 gr tepung terigu
100 gr kacang almond cincang
¼ sdt garam
5 sdm margarine /mentega
50 gr dark cooking chocolate
80 gr cream cheese
150 gr gula pasir halus
2 sdt ekstrak almond
3 butir telur
baking powder


Cara :
1. Panaskan oven. Olesi loyang ukuran 22 cm x 22 cm x 5 cm dengan margarine lalu taburi tepung terigu.
2. Campur tepung terigu, baking powder dan garam.
3. Tim cooking chocolate dan 1 sdm margarine, Aduk hingga leleh, angkat.
4. Kocok sisa margarine dan cream cheese, masukkan dan kocokkan gula, telur dan ekstrak almond.
5. Pelan-pelan masukkan bahan kering, tuang coklat leleh, aduk rata, masukkan ke dalam loyang.
6. Panggang selama 30 menit atau hingga brownies lepas dari sisi-sisi loyang. Dinginkan. Potong-potong.

15 Maret 2008

Wedding Day




21 Oktober 2001

Ma & Bintang




Bintang selama 5 bulan


Buah hati kami yang lucu ini, hidup dalam dunianya yang polos dan menakjubkan seolah penuh keajaiban. Banyak sekali hal-hal telah ia lakukan. Selalu membuat kita berdua terheran-heran.
Sejak umur seminggu kita memang sudah mengenalkan Bintang untuk bedakan siang dan malam. Awalnya memang sulit, karena kita harus tega. Tiap jam 7 sampai 8 malam Bintang kita tinggal di boxnya sendirian, dan nggak lama pasti nangis minta gendong. Tapi kita biarkan selama satu jam itu, kita biasanya memakai waktu itu untuk makan malam. Padahal, ibu mana sih yang nggak panik denger tangisan bayinya. Awalnya makan rasanya nggak nikmat, pernah juga sampai kesedak gitu. Setelah satu jam lelah menangis akhirnya kita ganti popoknya pake pampers all-night, trus beri susu hangat agak banyak, setelah itu ditimang-timang sampai tidur (coba untuk tidak menatap mata bayi supaya cepat tidur, kalo enggak malah dikira diajak main), lalu pelan-pelan Bintang diletakkan di box nya. Memang, mau tidak mau pasti kita berdua nggak lagi bisa leluasa bersuara, nonton tv pelan-pelan. Walhasil, setelah seminggu kemudian, Bintang teratur tidurnya, malam hanya bangun 2 kali untuk minum susu saja, lantas berangsur hanya satu kali bangun, sekarang malah jarang bangun malam. Bukan berarti siangnya harus kita buat capek dengan bermain, tapi tetap sesuai porsi aja.
Sekarang tidurnya teratur antara jam 8 atau 9 malam dan bangunnya pun teratur jam 5 pagi. Kita memang bersyukur dengan hal ini, jadinya punya waktu berdua dan istirahat yang cukup. Bulan usianya yang ketiga, kita memindahkan box Bintang untuk tidur sendiri di kamarnya. Awalnya nggak yakin juga dan agak kasihan, tapi dengan bantuan baby monitor, kita tetap bisa tidur dengan waspada. Memang kamar Bintang berada dibelakang, tapi nggak jauh juga sih…Dan nggak pernah rewel juga..Ah anakku yang manis.
Satu hal yang agak repot, Bintang kalo siang bisa tidur nyenyak kalo digendong sambil jalan-jalan. Padahal lumayan juga beratnya meskipun sudah pakai gendongan…(derita sang ibu deh..), kalo kupikir aku udah kayak hamster deh mondar-mandir seluruh ruangan, tapi lama-lama suka jadi kangen kalo nggak gendongin Bintang.







05 Maret 2008

Simbol Keluarga

Simbol keluarga kami buat dengan arti besar buat kami, untuk selalu ingat, bangga, bersyukur dan menjaga apa yang menjadi milik kami.

Sebagai orang Indonesia, kami punya kepercayaan akan nilai filosofis atau makna. Meski garuda merupakan burung mitologi, tapi kegagahannya banyak digunakan sebagai simbol kekuatan. Dalam hal ini Garuda kami maknai sebagai salah satu aspek kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Burung Garuda digambarkan dalam bentuk wayang sewarna batik mencerminkan kebanggaan kami akan budaya Jawa kami.

Perisai mempunyai makna penjagaan diri, pita putih dengan gambar 5 elemen kehidupan yang tidak bisa terlepas dari kehidupan kami sebagai manusia, yaitu (urutan dari atas) tanah, udara, cinta, air, dan api. Adapun warna-warna yang ada seperti hitam, punya makna keteguhan dan keabadian, merah bermakna keberanian serta putih bermakna kemurnian /kesucian atau kejujuran. Besar harapan akan terus dibawa sampai anak cucu kami.

04 Maret 2008

Di tamanku kulihat burung



Sebagai nafas buat rumah dan kami didalamnya, tamanku tidak luas, hanya sedikit saja, kutanam mawar,melati, kamboja, seroja dan cemara. Sudutnya kuletakkan kolam ikan yang senantiasa bergemericik.

Pagi ini hatiku sangat girang, kulihat 4 ekor burung berdada kuning malu-malu bermain didahan kamboja dan seroja, berkicau, bermain dan mencuri-curi ranting untuk sarangnya. Aku sejenak tertegun, kenapa ada diantara manusia yang tega mengambil hidup mereka, dengan menangkap dan mengurungnya atau bahkan membunuhnya, tidakkah mereka iba dengan kicauan mereka yang harusnya dicipta untuk mewarnai alam?

Aku tidak punya daya melindungi mereka, aku hanya bisa berdoa, menyediakan tempat kecil ditaman ini untuk mereka melepas ketakutannya pada manusia-manusia jahat itu, karena aku tidak akan menangkapnya, biar mereka mewarnai alam yang entah sampai kapan.
Lalu aku mendengar burung-burung berduka cita, maka aku bertanya, “ Mengapa engkau menangis, wahai burung-burungku yang cantik?” Salah satu dari mereka mendekat, bertengger di ujung sebuah dahan dan berkata, “Anak-anak Adam akan segera datang ke ladang ini dengan senjata-senjata mereka yang mematikan, lalu memaksa kami berperang seolah-olah kami adalah musuh besar mereka. Sekarang kami saling berpamitan satu sama lain, karena kami tahu tak ada satupun dari kami yang akan selamat dari kemurkaan manusia. Kematian mengikuti kami kemanapun kami pergi.”Kini matahari terbit dari balik puncak-puncak gunung dan menghiasi pucuk-pucuk pepohonan dengan mahkota sinar emasnya. Aku menyaksikan keindahan ini dan bertanya pada diriku sendiri, “ Mengapa manusia harus merusak apa yang dibangun oleh Alam?”

(Inspirasi Cinta dan Kehidupan, Khalil Gibran)