04 Maret 2008

Di tamanku kulihat burung



Sebagai nafas buat rumah dan kami didalamnya, tamanku tidak luas, hanya sedikit saja, kutanam mawar,melati, kamboja, seroja dan cemara. Sudutnya kuletakkan kolam ikan yang senantiasa bergemericik.

Pagi ini hatiku sangat girang, kulihat 4 ekor burung berdada kuning malu-malu bermain didahan kamboja dan seroja, berkicau, bermain dan mencuri-curi ranting untuk sarangnya. Aku sejenak tertegun, kenapa ada diantara manusia yang tega mengambil hidup mereka, dengan menangkap dan mengurungnya atau bahkan membunuhnya, tidakkah mereka iba dengan kicauan mereka yang harusnya dicipta untuk mewarnai alam?

Aku tidak punya daya melindungi mereka, aku hanya bisa berdoa, menyediakan tempat kecil ditaman ini untuk mereka melepas ketakutannya pada manusia-manusia jahat itu, karena aku tidak akan menangkapnya, biar mereka mewarnai alam yang entah sampai kapan.
Lalu aku mendengar burung-burung berduka cita, maka aku bertanya, “ Mengapa engkau menangis, wahai burung-burungku yang cantik?” Salah satu dari mereka mendekat, bertengger di ujung sebuah dahan dan berkata, “Anak-anak Adam akan segera datang ke ladang ini dengan senjata-senjata mereka yang mematikan, lalu memaksa kami berperang seolah-olah kami adalah musuh besar mereka. Sekarang kami saling berpamitan satu sama lain, karena kami tahu tak ada satupun dari kami yang akan selamat dari kemurkaan manusia. Kematian mengikuti kami kemanapun kami pergi.”Kini matahari terbit dari balik puncak-puncak gunung dan menghiasi pucuk-pucuk pepohonan dengan mahkota sinar emasnya. Aku menyaksikan keindahan ini dan bertanya pada diriku sendiri, “ Mengapa manusia harus merusak apa yang dibangun oleh Alam?”

(Inspirasi Cinta dan Kehidupan, Khalil Gibran)

Tidak ada komentar: