03 November 2008

Kaleidoscope

Sejak pertama hamil dulu sudah pengen banget punya Kaleidoscope, begitu hampir tiap hari nonton Baby TV dan ada gambar-gambar Kaleidoscope, sudah sangat-sangat tidak tahan lagi pengen punya kaleidoscope.

Kurasa sudah tidak umum Kaleidoscope dijual di Indonesia, meski untuk anak-anak. Kalau jaman dulu, banyak. Setiap kali meneropong, imajinasi kita melayang, pikiran menjadi tenang, seolah kita temukan dunia baru disana.



Kaleidoscope?
Terawangan, ramalan, atau gambaran apa? Sedih juga kalau mainan edukatif semacam itu justru sulit ditemukan di Indonesia jaman sekarang. Mulai dari toko mainan "jadul" sampai toko mainan modern...tidak ada dan bahkan tidak tau ada mainan semacam itu...padahal itu adalah alat kuno yang seharusnya semua orang tahu. Kaleidoscope tidak sekedar mainan mirip teropong yang membuat kita dapat melihat gambar-gambar indah...Kaleidoscope adalah sebuah gabungan dari art dan science. Ada dua jenis, yaitu kaleidoscope bumi dan kaleidoscope manik-manik.

Pada tahun 1816, seorang Scotland bernama David Brewster menemukan Kaleidoscope melalui percobaan polarisasi cahayanya, dan tahun 1817, penemuannya itu dipatenkan. Orang-orang terpesona dengan "bentuk yang indah", arti Kaleidoscope itu sendiri dari bahasa Romawi. Dalam beberapa bulan kemudian replika Kaleidoscope mulai ramai dijual di Paris dan London sebagai "mainan filosofi". bentuk didalam kaleidoscope mengingatkan kita pada mandala



(http://www.mandalas.com/). Meski mekasnimenya sederhana, namun didasari oleh matematika yang rumit, menggunakan pantulan berulang sehingga benda yang sederhana tadi menjadi terpantul berali-kali. Saat ini kaleidoscope dipakai sebagai terapi, pereda stress juga alat untuk meditasi dan inspiratif.

Jadi sedihnya bila di Indonesia saat ini alat tersebut mulai tidak diminati untuk dikenalkan pada generasi penerus kita....(Rinda)

Tidak ada komentar: